The Wild Robot (2024) karya DreamWorks Animation menceritakan sebuah robot yang kecelakaan dan terdampar di hutan tanpa kehidupan manusia. Di sana, ia menjalin hubungan unik dengan seekor bebek kecil dan seekor rubah. Seiring kisah berjalan, banyak pertanyaan-pertanyaan tentang posisi kecerdasan buatan manusia di alam liar.
Alam & teknologi kerap dipertentangkan, baik dalam fiksi maupun nonfiksi. Seiring teknologi berkembang, alam makin dirusak. Ide ini kerap diadu dalam banyak kisah, salah satunya dalam novel The Wild Robot (2016) karangan Peter Brown. Novel ini pun dialih wahana menjadi film animasi oleh DreamWorks dengan judul sama.
Kisah The Wild Robot menjaring hubungan alam dan teknologi yang lebih rumit. Daripada sebagai penghancur, Brown menempatkan karakter utamanya, sebuah robot bernama Roz (disuarakan oleh Lupita Nyong’o), sebagai pembantu sebagaimana ia diprogram. Sayangnya, reaksi utama alam dalam menerima benda asing, yaitu resistensi, memperumit Roz menuntaskan tugasnya. Di sini, “alam” digambarkan lewat karakter-karakter binatang di pulau.
Bagaimanapun, Roz yang diprogram harus menuntaskan tugasnya, yaitu membantu, terus mencari cara agar ia membantu. Dalam sebuah kecelakaan, Roz taksengaja membunuh bebek dan memecahkan beberapa telurnya. Namun, ada sebutir telur yang selamat. Begitu telur menetas, Roz yang dibantu oleh seekor rubah merah bernama Fink (Pedro Pascal) ditugaskan untuk membesarkan angsa kecil yang ia beri nama Brightbill (Kit Connor & Boone Storm) itu.
Bagian awal dari film ini terkesan terlalu komikal dan agak banal. Namun, di balik animasi indah tim DreamWorks di bawah arahan Chris Sanders ini tersimpan beberapa kompleksitas menarik. Mulai dari tekad Roz untuk menyelesaikan tugasnya hingga peranannya yang menyebabkan ia harus merawat Brightbill. Paling menarik tentu saja “peperangan” antara alam dan kecerdasan buatan.
Dalam menjalankan misinya ini, Roz ditentang para binatang dan dianggap monster. Namun, usaha Roz dalam membesarkan Brightbill perlahan mengikis ketakutan dan menimbulkan rasa empati dari para binatang. Begitu Brightbill cukup besar dan harus bergabung dengan spesiesnya untuk bertahan hidup, rahasia Roz yang menyebabkan kematian keluarganya terkuak. Hubungan Brightbill dan Roz pun menjadi kaku.
Gagasan yang kerap dimunculkan dalam entitas kecerdasan buatan manusia ialah timbulnya emosi dalam diri mereka. Dalam perjalanan ini, entitas ini berubah dari sebuah menjadi seorang. Akhirnya, ciptaan manusia yang dirancang sangat cerdas pun makin mendekati Sang Khalik. Roz takhanya berubah menjadi manusia, tetapi jadi seorang ibu juga. “Lucunya cara hidup berjalan,” ucap Roz sebagai pertanda bahwa ia telah menjadi entitas baru. “Aku berkali-kali menulis ulang pemrogramanku untuk menyelesaikan tugas ini,” ucapnya di lain kesempatan untuk menyiratkan bahwa logika dan intuisi telah tumbuh dalam dirinya.
Sebenarnya, keteguhan Roz dalam terus menuntaskan misi membesarkan Brightbill dapat direpresentasikan dalam dua cabang berbeda. Pertama, Roz berarti robot terprogram yang takbisa menentang keadaan. Kedua, muncul hal manusiawi dalam bentuk “tekad” dalam diri Roz. Representasi pertama terasa mengekang dan Roz berhasil keluar dari cangkang. Selanjutnya, Roz pun bertindak sebagaimana halnya manusia yang punya tujuannya sendiri.
Heroisme Menaikkan Level Cerita
Dibuatlah cerita makin dramatis dengan hadirnya sikap heroik Roz yang menyelamatkan seluruh binatang di pulau agar selamat dari musim salju yang makin membunuh. Roz pun bak Nuh yang menyelamatkan semua binatang. Sulit untuk tidak terpancing emosi kita dalam adegan-adegan dramatis seperti ini. Hal seperti ini sebenarnya pun bukan hal baru dalam dunia sinema, tetapi Sanders menyuguhkan tontonan pemancing tangis yang fantastis.
Berkali-kali air mata kita disulut pada bagian kedua dan ketiga film ini dengan cara yang familiar. Heroisme memang selalu menarik, terutama jika dilakukan oleh entitas asing yang bertentangan dengan alam normal kita. Kisah Roz pun mengingatkan kita akan si Besi Raksasa dalam The Iron Giant (1999) walaupun perjuangan mereka berbeda sedikit. Iron Giant dan Roz sama-sama harus menentang persepsi “monster” dalam diri mereka. Hanya saja, Roz punya kompleksitas tersendiri saat “hati” tumbuh dalam dirinya dan ia juga harus menghadapi masalah tersebut.
The Wild Robot (2024) pun mencuat sebagai salah satu film animasi terbaik dalam beberapa tahun terakhir. Drama-drama familiar dan fabelnya membuatnya mudah dicerna dan dapat ditonton bersama anak-anak. Namun, kompleksitas tentang pertentangan teknologi & alam serta animasi indahnya menjadikan karya Sanders ini sebagai sinema bagi seluruh usia.