Apakah Sobat Medcom ingat atau mengetahui mengenai peristiwa kesurupan massal yang terjadi di Yogyakarta pada 2016? Tragedi tersebut telah diangkat ke film layar lebar bertajuk Kemah Terlarang: Kesurupan Massal.
Film diawali dengan adegan seorang penulis yang ingin membuat buku tentang tragedi kesurupan massal itu. Dalam proses risetnya, ia datang menemui pria bernama Miko (Fatih Unru) yang merupakan salah satu penanggung jawab acara perkemahan siswa SMK pada 2016 lalu.
Film Kemah Terlarang: Kesurupan Massal ini memang diadaptasi dari sebuah novel bertajuk Kemah Terlarang karya Wakhid Nurrokhim yang diterbitkan oleh GagasMedia pada 2024. Namun kisah tersebut telah dibagikan oleh Wakhid Nurrokhim melalui media sosial, X, dengan judul Tumbal Kemah pada 2022 lalu.
Setelah bertemu dengan Miko, sang penulis pun langsung bertanya bagaimana kesurupan massal itu bisa terjadi saat berkemah. Ada sebuah rumor yang beredar bahwa penyebab kesurupan massal itu karena seorang alumni bernama Heru (Derby Romero) yang menjadikan peserta perkemahan sebagai tumbal untuk mendapatkan wangsit.
Pada awalnya, Miko terlihat tidak ingin membuka suara dan memastikan tujuan sang penulis yang sebenarnya. Setelah merasa yakin, akhirnya Miko mulai bercerita. Hal pertama yang disampaikan adalah penyesalannya terhadap para peserta kemah, khususnya Rini (Callista Arum).
Belajar Ajaran dan Budaya Jawa
Seperti yang telah disebutkan bahwa film Kemah Terlarang: Kesurupan Massal ini mengangkat kisah nyata dari tragedi di Yogyakarta pada 2016 lalu. Hal itu tidak heran kalau dalam sepanjang cerita nantinya para penonton disuguhkan dengan ajaran dan budaya dari suku Jawa.
Sebagian besar dialog di film ini menggunakan bahasa Jawa yang dicampur dengan bahasa Indonesia. Bahkan menjelang akhir film, bahasa yang digunakan lebih merujuk ke bahasa Jawa Krama Inggil. Para pemain pun terdengar natural saat melakukannya.
Itu adalah kosakata bahasa Jawa yang digunakan untuk menghormati seseorang dengan cara memuliakan orang tersebut. Biasanya digunakan anak kepada orang tua, siswa kepada guru, bawahan kepada petinggi, warga kepada sesepuh desa.
Selain bahasa, para penonton juga akan diberikan pengetahuan mengenai weton Jawa yang menunjukkan arti dari kelahiran seseorang. Banyak masyarakat Jawa yang masih percaya weton untuk menghubungkannya dengan sifat dan takdir manusia.
Berbagai kepercayaan lain dari suku Jawa pun ditampilkan di film ini, seperti beras kuning yang dipercaya bisa mengundang makhluk halus atau juga dengan ular yang menandakan rintangan atau bahaya yang akan dihadapi seseorang.
Pementasan Teater Roro Putri
Kalau dilihat dari sepanjang film, pementasan teater kisah Roro Putri ini memang menjadi puncak atau klimaks dari film ini. Bahkan dalam trailernya pun sudah diperlihatkan bagaimana sosok Roro Putri itu datang dan merasuki salah satu peserta kemah.
Ketika adegan itu berlangsung, para penonton akan dibawa masuk ke dalam kisah hidup Roro Putri. Menariknya, para peserta kemah menampilkan pementasan teater itu dalam kondisi kesurupan. Mereka semua dirasuki oleh manusia yang pernah tinggal di sebuah kerajaan dimana Roro Putri ingin dijadikan selir oleh sang raja.
Film Kemah Terlarang: Kesurupan Massal ini tidak hanya menghadirkan konflik antar manusia. Namun ada juga konflik dari dimensi lain yang ikut berperan di dalamnya. Sehingga, film ini akan menghadirkan dua hal yang berbeda, tetapi masih dalam kesatuan yang sama.
Diketahui kisah Roro Putri ini juga nyata tetapi disamarkan untuk film ini. Bahkan sang sutradara, Ginanti Rona, menyampaikan bahwa ada beberapa kejadian ajaib selama proses syuting. Ada juga penampakan dari makhluk halus yang sampai tertangkap oleh kamera.
Ringan dan Mudah Dinikmati
Film Kemah Terlarang: Kesurupan Massal ini memiliki alur cerita yang ringan dan tidak memiliki jumpscare yang berlebihan. Hal itu membuat film ini bisa dengan mudah dinikmati oleh para penonton.
Selama menonton film ini, bisa dirasakan bahwa Kemah Terlarang: Kesurupan Massal ini memiliki suasana yang serupa dengan KKN di Desa Penari (2022). Hal itu cukup masuk akal karena adanya keterlibatan Lele Laila selaku penulis skenario dari kedua film tersebut. Apakah nantinya Roro Putri akan bernasib sama dengan Badarawuhi?
Film Kemah Terlarang: Kesurupan Massal juga menampilkan adegan yang cukup sadis untuk dilihat dan dipenuhi dengan darah. Jadi, bagi penonton yang tidak dapat menyaksikannya bisa menutup mata sejenak karena adegan tersebut tidak terlalu banyak.